Taburan Bunga
Karya: Nymas Meylanie (Anggota UKIM)
“Memang sudah menjadi kebiasaan bagi manusia untuk datang, dan pergi walaupun hanya sebentar atau selamatanya”.
Germelap awan putih dengan paduan langit biru muda, yang menggambarkan suasana hatiku pada hari ini. Hari terpenting untukku yang merupakan seorang mahasiswa bahkan untuk mahasiswa lainnya, apalagi kalau bukan wisuda. Aku sudah berjuang sangat keras untuk mendapatkan gelar sarjana ku dan untuk mendapatkan hati seorang pria yang sangat ku cintai. Cukup panjang untukku ceritakan tentang perjuanganku, tapi saat ini aku sedang menunggunya.
“Zira, apa kau tidak ingin berfoto bersama sahabatmu ini” ucap Bella yang merupakan sahabatku.
“Boleh, tapi aku ingin berfoto dengannya terlebih dahulu” balasku. “Apa Zidane datang kemari?” tanya sara yang baru datang.
“Tentu, dia sudah berjanji untuk datang kesini”. Ucapku yang langsung disambut ejekan oleh mereka untuk menggodaku. Tak lama aku mendapat pesan dari Zidane. Bahwa aku harus nemuinya didepan gerbang kampus. Segera aku berpamitan kepada sahabatku dan berjalan menuju depan gerbang kampus. Tak lama aku melihat seorang pria yang berdiri disebrang sana sambil membawa sebuah buket bunga matahari dan melambaikan tangannya ke arahku, siapa lagi jika bukan Zidane. Aku tersenyum ke arahnya, aku sangat bahagia sampai aku berlari ke arahnya tanpa melihat keadaan jalan raya yang cukup ramai. Tanpa kusadari saat aku berlari ke arahnya, ada sebuah sepeda motor dengan kecepatan kencang menuju ke arahku.
BRAK….
“ZIRA” teriak Zidane yang melihat ku ditabrak oleh kendaraan. Kendaraan itu saat kencang hingga membuat tubuhku melayang cukup jauh dari arahku berdiri, kepala ku sempat terbentuk trotoar bahkan kepala ku mengeluarkan darah. Namun padangan ku masih mencari Zidane.
Disisi lain, Zidane sangat khawatir akan keadaan ku. Dia berlari ke arahku dengan masih menggenggam buketnya, namun dari arah berlawanan ada sebuah sepeda motor yang cukup
kencang akan menabraknya. Tapi dia bisa menghindarinya, namun dibelakangnya ada sebuah mobil yang melaju dengan cepat.
BRAK…..
mobil itu menabrak seorang pria. Sehingga membuatnya melayang dengan sangat jauh, buket yang dibawanya melayang bersama nya, yang membuat seluruh jalan itu penuh dengan taburan bunga. Mataku masih setengah sadar saat melihatnya, dan ada bunga yang jatuh ditelapak tangan ku, lalu aku menggenggam bunga itu, dengan air mataku yang turun, seketika semua menjadi gelap dan suara ambulans pun terdengar samar ditelinga ku. Dan kami berdua dilarikan ke rumah sakit.
Sedari tadi air mataku tak pernah berhenti untuk mengalir dari kedua kelopak mataku. Kedua bola mataku memandangnya, seolah aku bisa melihat wajahnya yang membuat hatiku selalu merasakan ketenangan, senyumnya bagaikan rembulan, matanya yang menenangkan. Namun kali ini berbeda, semua yang selalu kulihat tertutupi oleh sebuah gundukan tanah, bahkan aku hanya bisa melihat namanya yang terukir di atas batu. Aku tersenyum melihatnya yang sudah merasakan ketenangan, namun hatiku sangat merindukannya.
“Bolehkah sekali saja aku melihat senyum itu, wajah itu, bahkan kedua bola matanya yang menenangkan”. Ucapku didepan makamnya dengan Isak tangisku. Aku menatap batu nisan yang terukir sebuah nama ZIDANE RAHARDIKA. Tak kuat menahan tangisku aku memeluk makam itu dengan menangis sejadi jadinya. Dan dalam tangisku Aku teringat kembali kejadian 10 tahun yang lalu. Dimana pria yang tertabrak itu adalah Zidane. Kami berdua bisa selamat, tapi Zidane mengalami benturan yang cukup keras sehingga membuatnya untuk melakukan operasi. Sedangkan aku mengalami koma selama 2 Minggu. Saat aku terbangun hanya Zidane yang kucari, namunaku tidak menemukannya. Dan aku bertemu dengan Rafi yang merupakan dokter yang merawat ku. Aku bertanya kepada semua orang tentang Zidane, tapi mereka semua hanya diam saja. Aku mulai curiga, dan aku bertanya kepada dokter Rafi. Dan apa yang diceritakan membuatku terkejut, bahwa Zidane meninggal dunia karena operasinya gagal, bahkan sebelum operasi Zidane memberikan ginjalnya kepada ku agar aku bisa selamat, karena sudah lama aku hidup dengan satu ginjal. Mengingat nya membuat ku tak kuasa untuk menghentikan tangisku. Hingga seseorang membangunkan dan menenangkan ku dengan memelukku.
“Sayang”. Ucap seseorang yang membangunkan ku dan memelukku “jangan bersedih, Zidane sudah tenang disana” ucap dokter Rafi yang merupakan suamiku, iya aku menikah dengan nya.
“Tapi jika kejadian itu tidak terjadi mungkin dibatu itu bukan nama ZIDANE yang terukir tapi namaku”. Ucapku dengan menangis dipeluknya.
“Tidak, ini sudah menjadi takdir” ucap Rafi yang merupakan suamiku.
“Ayah, ayah. Kenapa bunda menangis, dan kenapa bunda selalu datang kesini” tanya gadis kecil yang berusia 5 tahun.
“Apakah kamu tidak ingin menceritakan kepada putri kecilmu sayang”. Ucap pria itu yang merupakan suamiku. Aku langsung menatap putriku dan memeluknya.
“Zahra sayang, dia adalah seseorang yang sangat bunda cinta i sebelum ayahmu, dia cinta pertama bunda”. Ucapku dengan menatap makamnya. Putriku hanya mengangguk saja, dan aku tidak tahu apa dia mengerti ucapan ku atau tidak, tapi dia berdiri dan memberikan Bunga Matahari disebelah batu nisan Zidane. Lalu kamie bertiga pergi dari pemakaman.