Semesta memang sudah menyelaraskan keindahan dan kealamiannya. Unit-unit kehidupan, molekul-molekul kehidupan dan makhluk yang multikultural menjadi pewarna semesta untuk meningkatkan nilai lebih dalam unsur keindahan dan keteraturannya. Seperti madu dan kopi yang memiliki filosofi khusus spesifik. Madu memiliki rasa yang manis dan kopi memiliki rasa yang pahit. Sama halnya dengan kehidupan tidak selamanya manis dan tidak selamanya manis. Hati yang luas akan mampu menerima segala situasi dan kondisi yang ada. Mau diberikan beban terukur dan tidak terukur hati yang lapang akan ikhlas menerimanya. Madu dan kopi memberikan pelajaran bahwa menjadi makhluk yang sempurna (manusia yang dikaruniai akal untuk berfikir) cukup dengan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta, Kenapa kopi tidak Insecure kepada madu? Kenapa madu tidak Insecure kepada kopi? Padahal keduanya memiliki dampak yang negatif. Madu jika dikonsumsi dengan takaran yang berlebihan juga tidak baik begitu juga dengan kopi.
Bayangkan saja jika isi hidup kita selalu manis-manis dan indah-indah, apakah itu semua akan menjamin kebahagiaanmu? Apakah itu akan membuat kamu merasa tercukupi? Apakah kamu bisa sedewasa ini dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan? Tidak, karena segala sesuatu pasti ada unsur Balance (keseimbangan), tanpa adanya rasa pahit kamu tidak akan terlatih untuk menjadi manusia sekuat dan setegar ini, tanpa adanya rasa pahit dalam kehidupan kamu tidak akan merasakan betapa indahnya dan nikmatnya ketika kerja keras dalam suatu hal, tanpa rasa pahit kamu tidak akan tau bagaimana proses yang baik dan menjadikan kamu dapat bermanfaat untuk orang lain. Ibarat kita memakai baju tentunya kita tidak hanya memakai baju warna satu saja, tetapi banyak model dan desain baju yang lain.
Karena kita tahu bahwa kita ingin mencari hal yang berbeda. Filosofi madu bahwa ketika kita kerja keras akan ada kemanisan yang bisa kita rasakan. Segala sesuatu tidak ada yang anti waktu sebab segalanya membutuhkan proses yang harus diserap, dipelajari, didalami, dimaknai sehingga kita bisa memetik dan merajut hikmah dari itu semua. Sedangkan kopi mempunyai filosofi meskipun kopi pahit tetapi banyak orang yang menggemari. Jika antara gula dan kopi tidak seimbang tentu akan terasa kurang enak. Itulah gambaran kehidupan kita yang sebenarnya jika kita tidak saling melengkapi satu sama lain, tidak saling menghargai dan membantu, kehidupan menjadi kurang seimbang. Bagaimana cara mengimbanginya? Sebagai makhluk tuhan yang baik imbangi dengan hal-hal yang positif dan tetap menjaga lingkungan sekitar tanpa membuat tumbuhan, hewan, dataran, daratan dan lautan terluka. Sayangi mereka sebagaimana mereka memberikan manfaat kepadamu. Antara manis dan pahit merupakan sebuah kewajaran dalam kehidupan yang mengajarkan kita arti keseimbangan dalam kehidupan.
Penulis : Fatimatuz Zahro