Musim Liburan Penuh Makna – Cerita Pendek – Pena Kreatif UKIMERS

Musim Liburan Penuh Makna
Karya: Afifah Rahmawati (Anggota UKIM)

Pagi hari di sebuah rumah sederhana terasa berbeda hari ini. Alarm berbunyi lembut di atas meja samping tempat tidur, memecah keheningan pagi yang tenang. Suara detik jam yang berdetak lembut menggantikan mimpi-mimpi malam yang perlahan-lahan memudar. Cahaya matahari mulai menembus tirai jendela, menyebar di kamar dengan sinar lembut yang memancarkan kehangatan.

Dina perlahan membuka mata, terdengar suara burung berkicau dari luar jendela dan aroma kopi yang mulai tercium dari dapur menjadi pengingat bahwa pagi telah tiba. Dengan gerakan perlahan, Dina menggeser selimutnya dan mengangkat tubuhnya. Ia merentangkan tangan dan kakinya dengan penuh rasa syukur, seakan-akan mengisi kembali energi yang hilang selama malam.

Hari ini adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu, setelah sekian lama dia bergulat dengan perkuliahan, akhirnya liburan semester telah tiba. Dia dan keempat sahabatnya sudah merencanakan untuk mengisi liburan tahun ini. Setelah banyak berunding dengan para sahabatnya, mereka berlima pada akhirnya setuju untuk mendaki gunung untuk mengisi liburan tahun ini.

Dina dengan segera menyiapkan diri, membersihkan tubuh dan juga sarapan, tidak lupa juga untuk mengcek barang-barang yang sudah dia siapkan semalam. Dengan perasaan gembira dan semangat, Dina segera berpamitan kepada kedua orang tuanya, juga meminta do’a supaya diberikan kemudahan dan juga keselamatan. Mereka berlima sepakat untuk bertemu di rumah Rio yang kebetulan dekat dengan Stasiun.

Sesampainya di rumah Rio, sudah ada ketiga sahabatnya yang lain. Dengan segera mereka langsung menuju ke stasiun dan menunggu kedatangan kereta yang akan membawa mereka menuju Malang.

“Gak sabar banget!! Udah lama aku pengen Gunung Semeru gara-gara nonton film 5 CM” Ujar Rani kepadanteman-temannya.

“Si Rani setiap rewatch 5 cm langsung pengen ndaki gunung mulu.” Saut Dina sambil tertawa. Rani membalas dengan kekehan karena memang benar begitu.

Tidak lama kemudian, kereta datang, dengan langkah semangat mereka masuk ke dalam kereta. Di dalam kereta, mereka berlima bercanda bersama,sesekali Rio akan menanyakan kondisi perkuliahan sahabat-sahabatnya dan berakhir mendapatkan omelan dari Doni.

“Duh, sekarang waktunya senang-senang! Dilarang dengan keras mebahas perkuliahan!” Jawab Doni dengan kesal. Keempat sahabatnya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Doni yang tertekuk masam.

3 jam berlalu dan mereka akhirnya sampai di Malang. Sesuai permintaan Rani mereka berangkat menuju wisata gunung Semeru menggunakan mobil Pick Up.

Mereka setuju untuk memulai pendakaian besok pagi. Malam hari itu mereka bercanda lagi, membahas tentang kisah-kisah saat mereka masih belum sibuk dengan perkuliahan. Hari mulai gelap, Rio selaku yang paling tua memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk segera tidur, karena perjalanan besok akan panjang.

Langit pagi cerah dan segar menyambut lima sahabat – Dina, Rani, Doni, Rio, dan Raka – saat mereka memulai perjalanan mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Suara gemericik air sungai dan kicauan burung menyertai langkah-langkah mereka yang penuh semangat. Jalur pendakian yang akan mereka lalui menantang, tapi itu tidak menyurutkan tekad mereka.

“Petualangan dimulai!!!” Teriak Raka menirukan dialog di film 5 cm.

“Semangat, teman-teman! Kita pati bisa!!” Seru Doni saat mereka memulai pendakian.

Mereka berjalan dalam kelompok, dengan Doni memimpin sebagai navigator dan Dina, Rani, Rio, serta Raka mengikuti di belakang. Perjalanan dimulai dengan trek yang relatif mudah, namun suasana hati mereka tetap penuh energi, diselingi tawa dan obrolan yang hangat.

“Aku dengar, Semeru itu salah satu gunung yang paling menantang di Indonesia. Tapi, kalau kita bisa sampai puncak, pasti rasanya luar biasa banget.” Ujar Dina sambil melewati jalur yang berbatu.

“Iya, Aku udah pernah baca banyak tentang gunung ini. Pemandangannya pasti epik banget.” Jawab Doni sambil membenarkan tas ransel yang mulai terasa berat dibahunya.

“Semoga kita bisa menikmati setiap momennya. Ini pertama kalinya aku mendaki gunung setinggi ini.” Tutur Rani dan diangguki oleh Dina

“Kalau tidak salah, kita sudah mendekati Pos 1. Setelah itu, jalurnya akan mulai menanjak lebih curam.” Doni mulai memeriksa peta yang dia bawa.

Bagus deh, berarti kita bisa mampir istirahat sebentar. Ranselku dah kerasa berat banget,” Keluh Doni sambil menunjuk tas ranselnya.

Tidak lama mereka akhirnya tiba di Pos 1, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat. Mereka duduk di batu besar, mengeluarkan botol minum, dan menikmati camilan yang dibawa Rio.

Di Pos 1, mereka menikmati pemandangan hijau hutan yang rimbun dan udara segar yang membangkitkan semangat. Setelah istirahat singkat, mereka melanjutkan perjalanan dengan energi yang baru. Jalur pendakian mulai menanjak lebih curam, dan cuaca berubah menjadi lebih dingin.

Langkah-langkah mereka lebih teratur, saling memberi dorongan saat salah satu dari mereka merasa lelah. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke tujuan, dan ikatan di antara mereka semakin erat. meskipun tantangan pendakian membuat mereka berkeringat dan kelelahan. Mereka menikmati setiap langkah, sesekali berhenti sejenak untuk beristirahat sambil menikmati

pemandangan yang menakjubkan. Rani dengan cekatan menangkap setiap momen dengan kameranya, mengabadikan pemandangan spektakuler dan ekspresi bahagia mereka. Dia juga mengambil foto-foto dari berbagai sudut, menciptakan galeri yang akan menjadi kenangan berharga bagi mereka.

Setelah beberapa jam pendakian, mereka tiba di puncak gunung. Pemandangan dari atas sungguh memukau—lautan awan yang lembut menyelimuti lembah di bawah mereka, dan matahari terbenam memberikan warna emas yang menakjubkan di cakrawala.

“Ini luar biasa,” kata Dina dengan penuh kekaguman. “Semua usaha kita terbayar lunas dengan pemandangan ini.”

Mereka duduk di puncak, menikmati bekal yang mereka bawa sambil melihat matahari tenggelam, merasakan kedamaian dan kepuasan yang mendalam.

Setelah pendakian, mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa warung kuliner. Menyantap makanan khas malang seperti bakwan, dan juga jajanan lainya. Tidak lupa mereka juga membeli oleh-oleh untuk keluarganya di rumah.

Sebelum liburan berakhir, mereka mengadakan pesta kecil di rumah Rio untuk merayakan perjalanan mereka. Mereka berkumpul, menonton video dokumentasi, melihat foto -foto, dan berbagi cerita tentang momen-momen paling berkesan dari perjalanan mereka.

“Aku senang banget, semuanya berjalan sesuai rencana kita. Liburan tahun ini kerasa banget bahagianya, apalagi bareng sama kalian juga,” kata Rani. “Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa.”

Dina menambahkan, “Liburan kali ini juga kita nggak cuman mendapatkan petualangan dan belajar banyak, tapi juga mempererat persahabatan kita. Ini adalah liburan terbaik yang pernah aku alami.”

Liburan kali ini menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup mereka. Dengan mengisi waktu liburan mereka dengan petualangan, pendakian, dan eksplorasi, mereka tidak hanya memperoleh pengalaman yang menyenangkan tetapi juga membangun kenangan berharga bersama.

Kebahagiaan mereka berasal dari merasakan keindahan alam, belajar hal-hal baru, dan mempererat persahabatan. Mereka menyadari bahwa liburan tidak hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang menjelajahi hal-hal baru dan menciptakan kenangan yang akan selalu mereka hargai. Dan dengan setiap langkah, tawa, dan foto, mereka mengisi liburan mereka dengan makna yang mendalam.

Bintang Malam – Cerita Pendek – Pena Kreatif UKIMERS

Bintang Malam
karya : Alifia Ulya Handari (Anggota UKIM)

Di desa kecil di kaki gunung yang dikelilingi oleh sawah-sawah hijau, hiduplah seorang pemuda tangguh, dengan tubuh yang tidak besar dan kulit sawo matang. Setiap kali setelah pulang dari pekerjaannya di ladang, pemuda yang dipanggil warga desa dengan sebutan Rama, gemar sekali memandang langit malam di tengah hamparan padi yang sunyi.

Suatu malam, setelah mengumpulkan sebagian padi di ladang, Rama duduk sendirian di tepi sawah. Langit malam terbentang luas di atasnya, dipenuhi dengan taburan bintang-bintang yang bersinar dengan indahnya. Suara angin sepoi-sepoi mengayun tanaman padi yang menguning, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Rama duduk dengan kaki terjuntai di air yang mengalir perlahan di tepi sawah. Dia memandangi langit malam yang gelap membiarkan pikirannya melesat menuju langit.

Gemerlap bintang menembus cahaya malam yang gelap dan sunyi. Sambil terus memandangi langit yang berbintang, Rama mulai hanyut dalam suasana damai dan menenangkan itu. Dia melepas seluruh keluh kesahnya kepada alam dan langit malam, sambil tetap menghargai keindahan alam dan ketenangan yang diberikannya.

Ketika Rama sedang memandangi langit, tiba-tiba sebuah bintang jatuh dari langit dan mendarat tidak jauh dari tempatnya berada. Rama, yang penuh dengan rasa ingin tahu, segera berlari menuju tempat dimana bintang itu terjatuh. Ternyata, bintang itu tidak berbentuk batu atau benda besar seperti yang ia bayangkan, melainkan seorang wanita muda yang cantik dengan rambut berwarna perak dan mata yang berkilau seperti permata. Wanita itu terbaring lemah di lapangan hijau, tersungkur setelah jatuh dari langit.

Rama mendekat dan mengulurkan tangannya. Wanita itu tersenyum lemah, dan dengan suara lembut ia meraih tangan Rama sembari mengucapkan terima kasih. Rama dan wanita itu berjalan ke tengah sawah, mendekati saung dengan atap daun jerami dan pondasi dari kayu. Rama menuangkan segelas air dari teko dan memberikannya pada wanita itu.

“Kamu berasal dari mana?” Rama memulai pembicaraan.“Aku Aquila, senang bertemu denganmu. Aku tinggal di atas sana.” Wanita itu menunjukkan
jarinya ke langit malam.“Aku tinggal di sepanjang galaksi bima sakti. Sepertinya aku tersesat saat melintasi alam
semesta.” Sambung Aquila menatap wajah Rama.

Rama terkejut dan bingung, tetapi ia mulai tertarik dan terpesona oleh kehadiran wanita tersebut. Mereka pun mulai berbincang, saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Tanpa sadar, gelapnya malam mulai terlihat sedikit menakutkan.

“Mengapa disini sangat gelap? Hanya ada cahaya bulan yang bersinar,” tanya Aquila dengan alis mengerut.
“Desa ini sudah lama tidak ada penerangan. Kami hanya mengandalkan cahaya matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang sehari-hari,” ucap Rama sembari memandang hamparan sawah yang sebentar lagi akan dipanen.

Rama merasa terpikat oleh kebaikan hati dan keanggunan wanita itu. Dia merasa bahwa ada ikatan yang kuat antara mereka, sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan kebetulan di tengah sawah yang sunyi.

“Hmm, maukah kamu menginap di rumahku? Kebetulan aku sedang memasak hidangan lezat
di dapur.” Rama bangun dari duduknya dan mengulurkan tangan kepada wanita itu.

Suasana gelap malam yang sunyi disambut berbagai suara burung dan serangga. Gubuk berbahan dasar anyaman rotan dan atap jerami berdiri kokoh tepat di tepi sawah tidak jauh dari saung yang berada di tengah sawah. Rama menyiapkan piring dan gelas di atas mejamakan kayu yang sudah rapuh dimakan rayap. Aquila duduk menatap Rama yang sedang menuangkan kuah sup di wadah cekung. Malam itu bagaikan malam yang hangat sambil
menyantap sup kaldu ayam.
****
Matahari baru saja muncul dari balik cakrawala, cahaya kuning keemasan menyinari hamparan sawah yang hijau. Udara segar pagi menyapa wajah dengan lembut, memberikan aroma tanah basah yang menenangkan setelah malam yang sejuk.Langit pagi yang masih dipenuhi warna-warna lembut senja memberikan latar belakang yang indah bagi awal hari yang baru. Di kejauhan, gunung-gunung yang menjulang tampak terhampar di antara awan-awan tipis, menambah keindahan panorama alam yang memukau.

Di sawah-sawah yang luas, petani-petani mulai aktif. Mereka bergerak dengan lincah, membawa peralatan mereka sambil bernyanyi kecil, menyambut pagi dengan semangat yang tinggi. Beberapa burung berkicau riang di atas pohon-pohon, menyambut datangnya pagi dengan lagu-lagu mereka yang merdu.

Rama membawa cangkul di atas pundaknya dengan kaos putih panjang dan celana hitam setinggi lutut yang dipakainya. Rama memulai membajak tanah untuk menghasilkan tanah yang subur dan gembur. Aquila memandang Rama dari kejauhan di bawah pohon rindang, menutupi rambutnya dengan kain coklat agar tidak terlihat aneh dengan rambut peraknya. Sesekali Rama melihat Aquila memberikan senyuman manis kepadanya.

Matahari semakin condong ke arah barat. Cahaya oranye kemerahan melukiskan goresan indah di langit. Burung-burung terbang rendah menuju sarangnya. Petani-petani di sawah menghentikan aktivitasnya dan kembali ke rumah masing-masing. Seluruh desa menjadi sangat gelap, cahaya matahari tidak terlihat lagi. Rama duduk di pinggir sungai memandang jauh di antara hamparan padi. Rama menyentuh segarnya air yang melewati sela-sela jari kakinya. Tiba-tiba pundaknya terasa ada tangan yang sedang menyentuhnya.

“Rama, hari mulai malam. Masihkah kamu memandang langit gelap itu? Sebaiknya pulang saja.” Aquila menyentuh pundak Rama.
“Iya, kau benar. Jika sudah malam, sebaiknya kita kembali kerumah. Namun ini caraku meluapkan keluh kesahku dengan menatap gemerlap bintang di langit. Namun malam tanpa bintang hanyalah sia-sia. Lihatlah, hanya ada cahaya bulan yang disana.” Rama menunjuk jari telunjuknya ke arah langit.
“B..bagaimana bisa? Kemana bintang-bintang itu menghilang?” Aquila menengadahkan wajahnya ke atas.
“Aku juga tidak tahu, mungkin saja tertutup awan gelap dilangit.” Rama menundukkan wajahnya seolah menyembunyikan kesedihannya.

Tanpa pikir panjang, Aquila berlari meninggalkan Rama dan menerobos hutan, menuju puncak gunung Sentawang. Sesampainya disana, Aquila mengangkat tangannya, mencoba meraih langit-langit dari jauh, namun tidak bisa. Rama dengan lamunannya yang berlarut-larut menenangkan diri dengan membasuh wajahnya dengan air mengalir. Tersadar, Aquila telah menghilang dari sisinya. Mungkin saja dia sudah tidur di rumah, pikirnya.

Rama kembali menuju gubuk tapi tidak menjumpai Aquila di sana. Rama berteriak mencari-cari Aquila kesana kemari. Dari puncak gunung terlihat cahaya terang benderang memancar membelah gelapnya malam. Rama dengan wajah terkejut segera berlari menuju puncak. Melewati hutan, melawan arus sungai, dan tibalah di kawah gunung Sentawang. Di dalam kawah yang dalam itu, mendidih air merah menyala dengan panas yang tidak terbayangkan. Rama berkeliling kawah, mencari cahaya yang terang tadi. dan muncullah wanita yang dikenalnya.

“Apa yang sedang kau lakukan disini?” ucap Rama.
“Aku… aku hanya ingin kembali, menjadi cahayamu dilangit. Aku sudah berusaha, tapi semuanya sia-sia.” Aquila mengepalkan kedua tangannya dan meneteskan air dari mata indahnya.
“Selama ini aku bagaikan malam yang gelap, sampai pada akhirnya menemukan seseorang yang menerangi kegelapanku. Tapi sekarang seseorang itu akan pergi, dan aku kembali menjadi malam yang sunyi. Apakah kau akan benar-benar pergi, Aquila?” Rama memegang erat tangan putih Aquila.

“Rama.. kamu bagaikan malam yang gelap tempatku menerangi hidup. Dimana ada kegelapan disitu aku ada. Aku tidak tega melihatmu memandang langit yang gelap tanpa adanya cahaya bintang. Kamu bisa melihatku kapan saja di antara bintang-bintang yang bersinar.” Aquila mengusapkan air mata, menutupi kesedihannya.

“Kau benar, tempatmu bukan disini. Kau harus segera kembali. Cahayamu bukan milikku, tapi milik seluruh kehidupan di alam semesta ini. Kembalilah, aku akan membantumu ke atas sana.” Rama menggendong Aquila di atas kedua tangannya. Dengan penuh keyakinan, Rama melemparkan tubuh Aquila ke atas dengan kuat, sampai menyentuh langit dan hilang dengan sekejap. Aquila terbang melesat menembus langit, melihat Rama dari ketinggian angkasa. Semakin jauh dan semakin tidak terlihat.

Di malam berikutnya, seperti biasa, Rama duduk sendirian di tepi sawah. Aliran air sungai membasahi kakinya. Angin perlahan menghembuskan daun-daun tanaman. Suara serangga membisikkan lembut ke dalam telinga. Langit malam terbentang luas di atas, dipenuhi dengan taburan bintang-bintang yang bersinar dengan indahnya. Rama menatap jauh cahaya yang paling terang tergantung di langit malam. Rama tersenyum melihat cahaya bintang itu. Tidak salah lagi, itu adalah cahaya bintang Aquila.

STRATEGI PENGEMBANGAN KREATIVITAS DAN PEMIKIRAN KRITIS DALAM MEMBENTUK GENERASI EMAS 2045 MELALUI GEBYAR LOMBA KARYA TULIS ILMIAH UNIT KEGIATAN ILMIAH MAHASISWA UNESA 2024

PENDAHULUAN

Gebyar Lomba Karya Tulis Ilmiah (GALAKSI) yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM) Universitas Negeri Surabaya merupakan program kerja tahunan yang bertujuan untuk mengembangkan kreativitas dan pemikiran kritis generasi muda. Dalam konteks persiapan Indonesia menyongsong Generasi Emas 2045, GALAKSI menjadi ajang kompetisi yang strategis bagi mahasiswa dan siswa untuk mengekspresikan ide-ide inovatif, kreatif dan implementatif melalui karya tulis ilmiah dan esai. Acara ini tidak hanya mendorong mahasiswa dan siswa untuk berpenalaran dan meneliti, tetapi juga menjadi ajang untuk menyampaikan aspirasi serta gagasan kreatif yang dapat memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Melalui GALAKSI, peserta diajak untuk berinteraksi dengan para narasumber berpengalaman dalam bidang pendidikan dan ekonomi melalui sesi talkshow. Diskusi yang interaktif ini memberikan wawasan tentang pentingnya pendidikan dan pemahaman ekonomi kreatif dalam menghadapi tantangan global. Dengan mengangkat isu-isu terkini, talkshow ini memperkaya pengetahuan peserta dan memotivasi mereka untuk berpikir kritis dalam mencari solusi atas permasalahan yang ada. Hal ini sejalan dengan tujuan GALAKSI untuk mengoptimalkan potensi intelektual generasi muda, sehingga dapat berperan aktif dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Diharapkan melalui event GALAKSI ini, semangat kreativitas dan inovasi dapat terus berkembang di kalangan generasi muda. Kegiatan ini bukan hanya menjadi ajang kompetisi, tetapi juga sebagai proses pembelajaran yang memperkuat komitmen bersama untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia Emas 2045. Dengan mengedepankan pengembangan kreativitas dan pemikiran kritis, GALAKSI berperan sebagai jembatan yang menghubungkan potensi generasi muda dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi bangsa. Melalui inisiatif ini, diharapkan akan lahir pemimpin dan inovator masa depan yang mampu membawa Indonesia menuju kemajuan yang berkelanjutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari Program Kerja Gebyar Lomba Karya Tulis Ilmiah (GALAKSI) UKIM UNESA
yang dilaksanakan pada hari Jumat, 6 September 2024; Sabtu, 7 September 2024; dan Minggu, 8 September 2024 di Auditorium, Lantai 4, Fakultas Ilmu Keolahragaan dan 2 Kesehatan, Kampus Lidah Wetan, Universitas Negeri Surabaya, Gebyar Lomba Karya Tulis Ilmiah (GALAKSI) yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM) Universitas Negeri Surabaya,

Acara ini bertujuan mengembangkan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, serta kontribusi positif generasi muda melalui ajang kompetisi karya tulis ilmiah dan esai. GALAKSI berfungsi sebagai wadah bagi peserta untuk menyalurkan aspirasi dan ide-ide inovatif yang dapat mendukung kemajuan Indonesia menuju visi Generasi Emas 2045. Acara ini juga mengadakan sesi talkshow interaktif dengan narasumber dari bidang pendidikan dan ekonomi, memberikan wawasan tambahan mengenai peran pendidikan dan ekonomi kreatif dalam menghadapi tantangan global. Melalui sesi ini, peserta dapat memperoleh inspirasi dan pemahaman lebih luas untuk berperan aktif dalam memajukan bangsa.

GALAKSI menciptakan ruang bagi generasi muda untuk mengembangkan potensi diri dalam berpikir kritis dan kreatif, serta menumbuhkan komitmen mengoptimalkan potensi intelektual pemuda. Kompetisi ini juga memotivasi mereka untuk menghasilkan solusi-solusi implementatif yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Dalam menyongsong Generasi Emas 2045, GALAKSI bertujuan menyiapkan generasi unggul yang berperan dalam berbagai bidang, melalui kegiatan ilmiah yang memacu peserta berpikir kritis dalam merumuskan solusi atas tantangan yang ada.

Melalui lomba karya tulis ilmiah, esai, dan kegiatan talkshow, GALAKSI mendukung pembentukan generasi muda yang inovatif, solutif, dan penuh semangat kebangsaan. Event ini tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga mengarahkan kreativitas peserta untuk kemajuan bangsa. GALAKSI diharapkan dapat mendorong lahirnya pemimpin dan inovator masa depan yang berkontribusi nyata dalam upaya mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Setelah GALAKSI dilaksanakan, adanya pengisian kuesioner oleh Panitia GALAKSI baik dari Pengurus dan anggota UKIM. Kuesioner ini dirancang agar dapat mengevaluasi bagaimana selama kegiatan berlangsung dan memungkinkan untuk mendapatkan feedback berupa saran dan masukan yang bermanfaat dari Panitia GALAKSI. Tujuan utama dari kuesioner tersebut adalah untuk mengevaluasi tingkat efektivitas pelaksanaan acara GALAKSI 2024 berdasarkan persepsi Panitia. Evaluasi ini mencakup beberapa aspek penting, yaitu pengelolaan waktu, teknis pelaksanaan rapat, dan kualitas output yang dihasilkan selama acara. Dengan mengetahui persentase kepuasan responden, panitia dapat memahami sejauh mana acara berjalan sesuai rencana dan memenuhi harapan peserta.

Hasil kuesioner ini juga berfungsi sebagai bahan analisis untuk perbaikan di masa depan. Persentase yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa acara berjalan efektif (80,6%) adalah sinyal positif bahwa pelaksanaan GALAKSI 2024 telah berjalan baik secara umum. Namun, adanya 19,4% responden yang merasa sebaliknya menjadi catatan penting bagi panitia untuk mengevaluasi aspek-aspek yang mungkin masih kurang, sehingga diharapkan GALAKSI di masa mendatang dapat lebih memenuhi ekspektasi semua pihak.

Persentase responden kuesioner dari berbagai divisi di GALAKSI 2024, dengan total 36 responden. Data ini memberikan gambaran distribusi keterlibatan tiap divisi dalam pengumpulan masukan untuk evaluasi program. Informasi ini berguna bagi organisasi untuk memahami pandangan tiap divisi, serta mengetahui tingkat keterwakilan masing-masing divisi dalam umpan balik yang diberikan.

Analisis dari grafik ini memungkinkan GALAKSI untuk melihat seberapa besar kontribusi masukan dari masing-masing divisi, dan juga mempertimbangkan kebutuhan serta tantangan spesifik yang mungkin dihadapi oleh tiap divisi. Keterwakilan ini membantu dalam menentukan arah kebijakan atau strategi program yang lebih inklusif dan terfokus pada peningkatan efektivitas berdasarkan masukan konkret. Dengan demikian, UKIM dapat mengembangkan program yang lebih relevan serta menyesuaikan dengan potensi dan karakteristik setiap divisi.

KESIMPULAN

Dalam program GALAKSI Unit Kegiatan Ilmiah Mahasiswa (UKIM), semua Badan Pengurus Harian, Divisi Acara, Divisi Humpubkes, Divisi DekDokIT, Divisi Kesekret, Divisi HumpubKes, Divisi Transkapman, Divisi Sponshorship dan Konsum melibatkan dari berbagai divisi, ini mencerminkan kolaborasi yang solid dan komitmen kuat dalam mewujudkan tujuan bersama. Divisi dengan partisipasi yang tinggi tampaknya memiliki peran yang besar dalam memastikan keefektifan kegiatan, baik melalui pengelolaan sumber daya, teknis pelaksanaan, hingga dukungan logistik.

Analisis lebih mendalam dari distribusi ini memungkinkan UKIM untuk lebih memahami area yang sudah berjalan baik dan bagian yang masih perlu diperbaiki. Karena keterlibatan yang tinggi dari beberapa divisi, masukan mereka berpotensi menjadi panduan utama dalam menyempurnakan aspek teknis dan operasional GALAKSI 2024. Dalam hal ini, feedback dari tiap divisi juga memperkuat komitmen UKIM untuk melibatkan seluruh elemen organisasi, memastikan bahwa setiap bagian dari acara berjalan dengan dukungan dan masukan dari seluruh divisi.

Dengan menyoroti efektivitas acara dan distribusi masukan antar divisi, UKIM dapat mengembangkan program-program selanjutnya yang lebih inklusif, transparan, dan efektif, sehingga tujuan jangka panjang untuk menciptakan wadah yang mendukung eksplorasi ilmiah bagi mahasiswa dapat tercapai dengan baik