Musim Liburan Penuh Makna
Karya: Afifah Rahmawati (Anggota UKIM)
Pagi hari di sebuah rumah sederhana terasa berbeda hari ini. Alarm berbunyi lembut di atas meja samping tempat tidur, memecah keheningan pagi yang tenang. Suara detik jam yang berdetak lembut menggantikan mimpi-mimpi malam yang perlahan-lahan memudar. Cahaya matahari mulai menembus tirai jendela, menyebar di kamar dengan sinar lembut yang memancarkan kehangatan.
Dina perlahan membuka mata, terdengar suara burung berkicau dari luar jendela dan aroma kopi yang mulai tercium dari dapur menjadi pengingat bahwa pagi telah tiba. Dengan gerakan perlahan, Dina menggeser selimutnya dan mengangkat tubuhnya. Ia merentangkan tangan dan kakinya dengan penuh rasa syukur, seakan-akan mengisi kembali energi yang hilang selama malam.
Hari ini adalah hari yang paling dia tunggu-tunggu, setelah sekian lama dia bergulat dengan perkuliahan, akhirnya liburan semester telah tiba. Dia dan keempat sahabatnya sudah merencanakan untuk mengisi liburan tahun ini. Setelah banyak berunding dengan para sahabatnya, mereka berlima pada akhirnya setuju untuk mendaki gunung untuk mengisi liburan tahun ini.
Dina dengan segera menyiapkan diri, membersihkan tubuh dan juga sarapan, tidak lupa juga untuk mengcek barang-barang yang sudah dia siapkan semalam. Dengan perasaan gembira dan semangat, Dina segera berpamitan kepada kedua orang tuanya, juga meminta do’a supaya diberikan kemudahan dan juga keselamatan. Mereka berlima sepakat untuk bertemu di rumah Rio yang kebetulan dekat dengan Stasiun.
Sesampainya di rumah Rio, sudah ada ketiga sahabatnya yang lain. Dengan segera mereka langsung menuju ke stasiun dan menunggu kedatangan kereta yang akan membawa mereka menuju Malang.
“Gak sabar banget!! Udah lama aku pengen Gunung Semeru gara-gara nonton film 5 CM” Ujar Rani kepadanteman-temannya.
“Si Rani setiap rewatch 5 cm langsung pengen ndaki gunung mulu.” Saut Dina sambil tertawa. Rani membalas dengan kekehan karena memang benar begitu.
Tidak lama kemudian, kereta datang, dengan langkah semangat mereka masuk ke dalam kereta. Di dalam kereta, mereka berlima bercanda bersama,sesekali Rio akan menanyakan kondisi perkuliahan sahabat-sahabatnya dan berakhir mendapatkan omelan dari Doni.
“Duh, sekarang waktunya senang-senang! Dilarang dengan keras mebahas perkuliahan!” Jawab Doni dengan kesal. Keempat sahabatnya tertawa terbahak-bahak melihat wajah Doni yang tertekuk masam.
3 jam berlalu dan mereka akhirnya sampai di Malang. Sesuai permintaan Rani mereka berangkat menuju wisata gunung Semeru menggunakan mobil Pick Up.
Mereka setuju untuk memulai pendakaian besok pagi. Malam hari itu mereka bercanda lagi, membahas tentang kisah-kisah saat mereka masih belum sibuk dengan perkuliahan. Hari mulai gelap, Rio selaku yang paling tua memerintahkan sahabat-sahabatnya untuk segera tidur, karena perjalanan besok akan panjang.
Langit pagi cerah dan segar menyambut lima sahabat – Dina, Rani, Doni, Rio, dan Raka – saat mereka memulai perjalanan mendaki Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa. Suara gemericik air sungai dan kicauan burung menyertai langkah-langkah mereka yang penuh semangat. Jalur pendakian yang akan mereka lalui menantang, tapi itu tidak menyurutkan tekad mereka.
“Petualangan dimulai!!!” Teriak Raka menirukan dialog di film 5 cm.
“Semangat, teman-teman! Kita pati bisa!!” Seru Doni saat mereka memulai pendakian.
Mereka berjalan dalam kelompok, dengan Doni memimpin sebagai navigator dan Dina, Rani, Rio, serta Raka mengikuti di belakang. Perjalanan dimulai dengan trek yang relatif mudah, namun suasana hati mereka tetap penuh energi, diselingi tawa dan obrolan yang hangat.
“Aku dengar, Semeru itu salah satu gunung yang paling menantang di Indonesia. Tapi, kalau kita bisa sampai puncak, pasti rasanya luar biasa banget.” Ujar Dina sambil melewati jalur yang berbatu.
“Iya, Aku udah pernah baca banyak tentang gunung ini. Pemandangannya pasti epik banget.” Jawab Doni sambil membenarkan tas ransel yang mulai terasa berat dibahunya.
“Semoga kita bisa menikmati setiap momennya. Ini pertama kalinya aku mendaki gunung setinggi ini.” Tutur Rani dan diangguki oleh Dina
“Kalau tidak salah, kita sudah mendekati Pos 1. Setelah itu, jalurnya akan mulai menanjak lebih curam.” Doni mulai memeriksa peta yang dia bawa.
Bagus deh, berarti kita bisa mampir istirahat sebentar. Ranselku dah kerasa berat banget,” Keluh Doni sambil menunjuk tas ranselnya.
Tidak lama mereka akhirnya tiba di Pos 1, mereka berhenti sejenak untuk beristirahat. Mereka duduk di batu besar, mengeluarkan botol minum, dan menikmati camilan yang dibawa Rio.
Di Pos 1, mereka menikmati pemandangan hijau hutan yang rimbun dan udara segar yang membangkitkan semangat. Setelah istirahat singkat, mereka melanjutkan perjalanan dengan energi yang baru. Jalur pendakian mulai menanjak lebih curam, dan cuaca berubah menjadi lebih dingin.
Langkah-langkah mereka lebih teratur, saling memberi dorongan saat salah satu dari mereka merasa lelah. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat ke tujuan, dan ikatan di antara mereka semakin erat. meskipun tantangan pendakian membuat mereka berkeringat dan kelelahan. Mereka menikmati setiap langkah, sesekali berhenti sejenak untuk beristirahat sambil menikmati
pemandangan yang menakjubkan. Rani dengan cekatan menangkap setiap momen dengan kameranya, mengabadikan pemandangan spektakuler dan ekspresi bahagia mereka. Dia juga mengambil foto-foto dari berbagai sudut, menciptakan galeri yang akan menjadi kenangan berharga bagi mereka.
Setelah beberapa jam pendakian, mereka tiba di puncak gunung. Pemandangan dari atas sungguh memukau—lautan awan yang lembut menyelimuti lembah di bawah mereka, dan matahari terbenam memberikan warna emas yang menakjubkan di cakrawala.
“Ini luar biasa,” kata Dina dengan penuh kekaguman. “Semua usaha kita terbayar lunas dengan pemandangan ini.”
Mereka duduk di puncak, menikmati bekal yang mereka bawa sambil melihat matahari tenggelam, merasakan kedamaian dan kepuasan yang mendalam.
Setelah pendakian, mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa warung kuliner. Menyantap makanan khas malang seperti bakwan, dan juga jajanan lainya. Tidak lupa mereka juga membeli oleh-oleh untuk keluarganya di rumah.
Sebelum liburan berakhir, mereka mengadakan pesta kecil di rumah Rio untuk merayakan perjalanan mereka. Mereka berkumpul, menonton video dokumentasi, melihat foto -foto, dan berbagi cerita tentang momen-momen paling berkesan dari perjalanan mereka.
“Aku senang banget, semuanya berjalan sesuai rencana kita. Liburan tahun ini kerasa banget bahagianya, apalagi bareng sama kalian juga,” kata Rani. “Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa.”
Dina menambahkan, “Liburan kali ini juga kita nggak cuman mendapatkan petualangan dan belajar banyak, tapi juga mempererat persahabatan kita. Ini adalah liburan terbaik yang pernah aku alami.”
Liburan kali ini menjadi salah satu pengalaman terbaik dalam hidup mereka. Dengan mengisi waktu liburan mereka dengan petualangan, pendakian, dan eksplorasi, mereka tidak hanya memperoleh pengalaman yang menyenangkan tetapi juga membangun kenangan berharga bersama.
Kebahagiaan mereka berasal dari merasakan keindahan alam, belajar hal-hal baru, dan mempererat persahabatan. Mereka menyadari bahwa liburan tidak hanya tentang bersenang-senang, tetapi juga tentang menjelajahi hal-hal baru dan menciptakan kenangan yang akan selalu mereka hargai. Dan dengan setiap langkah, tawa, dan foto, mereka mengisi liburan mereka dengan makna yang mendalam.