Perempuan Harus Lebih Menutup Pakaian Agar Bisa Disebut Menjaga Diri | [Kajian Aktivis]

Tidak hanya tingkah laku dan tutur kata, pakaian dapat menggambarkan citra diri atau self image seseorang. Tingkat citra diri dalam diri seseorang dapat rendah maupun tinggi. Individu yang memiliki citra diri yang tinggi dapat mengembangkan dirinya karena menyadari aset yang dimilikinya harus dijaga dan dihormati. Cara berpakaian juga merupakan salah satu bentuk komunikasi, antara lain bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain dan seperti apa kita ingin diperlakukan. Bahkan suatu ungkapan Jawa mengatakan “ Ajining raga ana ing busana” yang artinya pakaian juga berperan penting bagi seseorang. Orang dengan busana atau pakaian yang rapi tentunya dapat menaikkan martabat. Dengan kata lain, busana atau pakaian secara fisik mencerminkan siapa diri kita sebenarnya.

  Dalam relasi sosial, citra diri wanita semakin jelas dilihat tempatnya. Seorang perempuan yang berpakaian tertutup dianggap lebih menghargai kenyamanan pemakainya namun juga nyaman di mata orang lain. Lebih nyaman dikarenakan perempuan yang memakai pakaian tertutup tentunya merasa melindungi bagian-bagian atau aset penting yang dimilikinya tanpa khawatir orang lain melihat atau bahkan menjamah bagian-bagian atau aset penting ini. 

Pakaian tertutup menjadi upaya preventif agar tidak terjadi objektifikasi. Hal ini selaras dengan jurnal edukasi yang dilakukan oleh UIN Jakarta tahun 2019 dimana meneliti bahwa salah satu upaya preventif untuk menangani objektifikasi tubuh adalah melalui dengan busana yang berfungsi untuk menutup bagian tubuh tertentu. Segi lainnya menurut analisis survei BBC tahun 2020 tentang hasil survei terbaru mengenai pelecehan seksual di ruang publik. Dalam temuan survei, mayoritas korban pelecehan seksual di ruang publik mengenakan baju terbuka, dengan presentasi lebih dari 82%, sedangkan bagi mereka yang menggunakan pakaian tertutup dengan prsentasi terendah mulai dari 16-18% saja. Sementara itu, meninjau psikologi pria dengan penelitian yang dilakukan pada pria di inggris menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pria mengaku akan lebih menghormati wanita yang berpakaian tertutup, sementara sekitar 25 persen mengaku hal itu bergantung pada wanitanya. Hanya 22 persen pria yang mengatakan dia akan menghargai wanita yang berpakaian terbuka. Artinya salah satu upaya preventif agar tidak terjadi objektifikasi adalah dengan modifikasi pakaian dengan tertutup.

Selain itu, adat ketimuran di Indonesia identik dengan pakaian yang tertutup. Standard tertutup masyarakat Indonesia bukan hanya dari sudut pandang agama Islam, tetapi juga mengacu pada nilai kesopanan dan etika masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan pakaian tertutup bukan hanya yang memakai hijab saja, mengingat ideologi Indonesia adalah Pancasila, beragam agama, suku bangsa hingga budaya. Berpakaian tertutup ini artinya berpakaian yang sopan dan sesuai dengan kondisi dan situasi. Sehingga perlu disikapi bagaimana standard pakaian tertutup tersebut. Pakaian yang baik tidak hanya terbatas berdasarkan potensi yang dimiliki, menghargai diri sendiri, dan percaya diri yang akan memudahkan individu melakukan berbagai hal namun dapat menutupi bagian-bagian atau aset penting yang dimiliki.

Seorang perempuan harus berupaya untuk menutup diri agar bisa dianggap menjaga diri. Dengan cara menutup diri tersebut sama saja dengan melindungi diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan kejahatan. Beda halnya dengan seorang yang tidak menutup diri, seorang perempuan yang tidak menutup diri akan berpotensi  menjadi korban kejahatan seperti pemerkosaan ataupun tindak kriminal lainnya. Hal ini akan berbanding terbalik dengan perempuan yang senantiasa menutup dirinya. Orang yang jahat merasa tidak tertarik dengan wanita yang serba tertutup karena menampilan mereka yang misterius membuat pelaku kejahatan menjadi enggan menjahatinya.

Oleh : Tim Pro 2 Kajian Aktivis Season 1 (Nadi Harvita, dkk.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *